Kau akan selalu datang dengan rindu;
yang katamu sudah kepenuhan, katamu juga dikhususkan buatku
Maka seperti biasa, aku akan selalu menerimanya dengan cemas, menyambut rindumu yang menggebu.
Tepat di jam delapan malam, rindu sudah tuntas, kau menghabiskannya dengan sedikit bicara lalu menanamnya kembali dengan cium di pipi
Kau pulang: kembali pada sebaik-nyamannya tempat, yang entah di labirin mana
Aku sedikit lega, tapi cemas juga. Mau ke mana lagi kamu? Sudahlah.
…sedang di luar tetes air dari tandon terdengar nyaring sekaligus muram. Bekasmu membayang di sekitar. Bau tubuhmu menempel di bantal, gelas, wc, handuk, perkakas, sisir sampai saraf olfaktoriku cuma tau baumu.
Entah jin mana yang masuk ke kepalaku, sampai aku tetap nekat mencintaimu meski rumahmu bukan cuma aku. Meski pelampiasan rindumu, tidak cuma satu.