Peduli Padaku Kau Bilang? Kentut!

Kau akan selalu memberikan jawaban paling klasik: bahwa waktu akan menyembuhkanku. Tapi bagaimana jika ternyata aku tak punya cukup waktu untuk benar-benar sembuh? Bagaimana jika sampai tua aku terus dikoyak luka pemberianmu?

Dan sesak nafas ini, akan bertahan selamanya. Mengakar sampai ke liang tanah.

Kau peduli?

Kau cuma memberiku kata sabar dan ikhlas setiap kali aku mengadu. Kau menyarankan untuk memasrahkan diri ke Tuhan atau segera mencari penggantimu. Kau memaksaku untuk meredam isak tangis setiap aku mengingatmu, bahkan ketika aku cuma bilang rindu.

Berkali-kali, kau menyuruhku untuk melupakanmu. Bisa kau beritahu caranya? Sungguh, aku ingin tahu. Kau sudah bisa bahagia toh?

Lalu… hei! Apakah kau sadar kau itu sudah masuk ke semperempat umurku? Kau mengijinkan aku membersamaimu. Kau bahkan menganggapku wanita paling istimewa setelah ibumu. Lalu kau pergi seenak jidat, meninggalkan aku yang patah. Menjadikan aku manusia paling kosong dan tak bahagia di jagat raya.

Kau tahu? Berpura-pura kau dan aku tak pernah ada, itu sulit sekali.

Sial, sudah sedewasa ini aku masih diberi luka paling tai.

Andai mantra Runes of Kafkah itu ada. Capek betul rasanya melupakanmu.

Peduli padaku kau bilang? Kentut!

Semoga yang kurasakan sekarang tidak terjadi padamu

juga garis keturunanmu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like
Read More

Kentang

Akhirnya kita bertemu lagi. Dan lagi-lagi, kamu mengagetkanku. “Mas. Nanti ngopinya di sekitar sini aja, ya” katamu di…
Read More

Pacar Orang #2

Beberapa hari ini, kamu nggak ada di barisan instastoryku. Kamu ngebiarin aku mengigil karena nggak liat lucu wajahmu…