“Udahlah. Semua kan udah ada yang ngatur. Aku juga nggak buru-buru amat. Santai”
Padahal jauh dalam kepalamu aneka bentuk kecemasan sedang mengerogotimu. Di antara banyaknya itu, jodoh adalah yang paling mengganggumu. Ia memakan hampir seluruh prioritasmu. Bahkan, ia menyadarkanmu dengan paksa ketika kau lagi enak-enak tidur di siang bolong.
Alih-alih berani menghadapi, kau malah lari dengan banyak alibi.
“Kau itu telat! Ayolah! Sadari itu.”
Dan kau masih menolak. Menggunakan dengkulmu sebagai pusat berpikir. Menganggap bahwa hidup adalah soal bangun, makan, gajian dan tidur. Padahal kau dan aku tahu, hidup selalu tentang menjadwalkan rencana. Kau bahkan belum mendekati keduanya.
Kau belum punya rencana, sehingga kau tak bisa menjadwalkan.
“Tapi aku sadar kok. Aku mampu mengendalikan diriku. Jadi, jangan sok peduli ya”
Kalau bukan aku yang peduli padamu, lalu siapa lagi?