Maka beginilah seharusnya. Kau kembali ke bribikanmu, aku kembali menahan rindu. Kau pergi mengemas janji dengan banyak wangi yang menempel di tubuhku. Kau tahu? Lewat sebentarnya pelukmu itu, sejujurnya, aku malah merasa rapuh dan diabaikan. Aku merasa… harusnya sejak awal aku sadar posisi dan tidak berharap lebih.
“Ini pelukan terakhir?” tanyaku tenggelam di matamu.
“Iya. Kau harus bisa menemukan sesorang” jawabmu sayu.
“Baik. Tolong pergi sejauh yang kau bisa. Jangan ganggu aku. Sebab sungguh, aku capek selalu merasa kehilangan atas sesuatu yang bukan milikku.”
“Maaf. Tapi memang beginilah seharusnya kan?”
“Iya… memang beginilah seharusnya”