Seringkali, biasanya di jam dua pagi, kamu ingin menyudahi hal-hal yang jadi rutinitasmu. Kamu merasa kehilangan tujuan, sehingga perjalanan penuh juang yang tak berkesudahan itu selalu terasa sia-sia. Jiwamu gusar juga sedih, dan…
Apakah ada yang peduli? Siapa sudi mendengar?
Kemudian dadamu sesak. Gumpalan air yang sedari tadi kamu tahan di mata itu pun jatuh. Hebatnya, kamu selalu bisa menerima dengan membiarkan gemuruh dan berisiknya isi kepalamu itu, luruh bersama air mata yang entah kenapa hanya di dini hari itu saja rasanya pahit.
“Semenyeramkan ini ternyata hidup dalam bayang-bayang”
Kemudian entah bagaimana algoritma bekerja, kamu dipertemukan oleh lagu yang kamu tak tahu judulnya bahkan siapa penyanyinya. Tapi kamu menganggap lagu itu ditulis untukmu. Lirik dan suara merdunya, menghangatkan dadamu.
Mengambil napas.
Sampaikan pada jiwa yang bersedih Begitu dingin dunia yang kau huni Jika tak ada tempatmu kembali Bawa lukamu biar aku obati
Seketika, sambil menyeka air mata, kamu bangkit… dan bercermin. Di cermin itu, bersemayan manusia hebat yang dengan segala hal menakjubkan di dalamnya selalu siap, untuk tangguh-bertahan sekali lagi.
Ya, sekali lagi 🙂