Aku sudah sangat jauh melupakan kisah sedih dari sebuah kepergian yang brengsek, yang terkadang bisa sangat membahayakan kesehatan. Itu sudah berlangsung cukup lama, sampai pada hari ini kau memantiknya lagi.
Aku yang selalu ada, malah kau beri lara. Kau bahkan tak berusaha untuk menjaga. Kau membiarkanku berjuang sendirian, kedinginan tanpa sedikit pun kau kasihan. Sementara saat aku butuh pelukan, kau cuma beri kehampaan alias kekosongan alias kepalsuan.
Ya, kepura-puraanmu lah yang menyebabkan hubungan ini tanggal. Juga beribu alasan rasa bersalahmu yang selalu terdengar janggal.
Aku memang diberi kelebihan sabar, tapi kesabaran tak terhingga hanya milik Tuhan semata. Aku tahu kau menyadarinya juga. Jadi, ya. Aku menyerah.
Lalu kau pun didekap ketiadaan dan kebingungan. Kau ditinggalkan. Sakit bukan? Lucunya kau meminta obat bernama balikan yang tak bisa kukabulkan.
Kau lebur dan tenggelam dalam rasa salah penuh nanah.
Hei, apakah kau Ora ngrumangsani aku sing paling setyo. Aku sing paling gemati. Nanging kowe milih wong liyo
Maka, tak ada yang bisa kutawarkan selain; nikmatilah kesedihanmu bersama orang menyedihkan itu!