If u could see me cryin’ in my room-nya Arash Buana dan Raissa Anggiani

Kau tiba-tiba datang lewat runcing hujan. Aku terbang sekalian; menjelajah ke ruang pekat bernama kenangan. Di sana ada kita yang monokrom. Kau dengan raut kesal setiap aku mencubit hidungmu dan aku yang tampak bodoh karena selalu memberi air putih saat kau menstruasi.

Masa-masa itu, manis ya? Kita selalu bisa menemukan tempat pulang. Menjadikan pelukan sebagai peluruh lelah kala hari terasa payah. Kita di masa itu, setiap hari rasanya seperti valentine.

Dan aku berharap bisa melihatmu hari ini. Melihat lagi kelekatan kita, kebahagian kita, kegemasan kita. Bolehkah lagi?

Oh ya, baju pemberianmu sedang kudekap sekarang. Wanginya masih kuat; sekuat pertanyaan mengapa kita harus pisah jika “how can I be fine with being alone?” selalu kita rasa?

Ya, sendirian di sini benar-benar dingin.

If only I can see where it all started, we’ll be fine
It’s clear where this is goin’
I’ll keep missing you alone

Aku merindukanmu, jelas!

Btw, di sana hujan? Jika iya, apakah kau juga sedang terbang ke romansa kita atau malah sudah berbagi dekap dengan seseorang? 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like