Kita pun menjadi lebih hangat setelah perkenalan yang mengesankan itu. Entah bagaimana, senyum gula yang kau lempar ke mataku selalu berhasil mencipta gempa aneh di tubuhku. Kau mungkin mengaggapku bercanda. Atau melihatku sebagai buaya rawa yang cuma penasaran. Sejujurnya, ini pertama buatku. Dan sepertinya hal yang bisa aku lakukan untuk merespon gejolak ini adalah; confess!
So…
Boleh minta waktumu sebentar? Ayo bertemu lagi!
Sambil memanah bintang, mungkin? Sungguh aku capek harus deg-degan teras. Cepek bercanda terus. Kamu jangan senyum-senyum aja sih! Tapi kalau kamu bisa aja sih. Aku nggak maksa. Sekali lagi ayo ketemu!
Kuharap kau bisa menerima confessku dengan… ya bebas deh. Terserah. Aku tak memaksa. Dan kau tak perlu merasa tak enak denganku. Kau bebas memutuskan, sebagaimana aku yang akan memilih untuk mengenang perkenalan kita sebagai salah satu moment paling berkesan di hidupku. Entah sebagai orang spesialmu atau sekedar teman dekatmu.
Eh tapi sebentar. Coba deh pikir lagi. Bayangkan kalau kita menjadi sepasang kekasih. Bayangkan bagaimana cemburunya orang-orang melihat kelekatan kita. Karena nyatanya, ya kita secocok itu.