Aku tak mengingatmu lewat puisi. Aku tak mengingatmu lewat hujan atau sore. Aku tak mengingatmu lewat romansa city light yang membuat malam kita dipenuhi bunga-bunga. Aku mengingatmu lewat irisan luka tanpa jeda. Kesedihan yang pekat, air mata yang kusam, dan kepiluan yang tumpah ruah di selasar perasaanku membuat bahagia kehilangan makna. Dan yang paling menyebalkan […]
Kita cukup sering merayakan Jakarta dengan air mata; perihal gigih perjuangan, adu cepat naik jabatan, sikut-sikutan… atau lebih sering karena perpisahan. Perpisahan berarti kehilangan. Kehilangan tergelapku adalah tak lagi melihatmu di muka Jakarta, yang mana itu membuat Jakarta selalu terasa salah. Jakarta yang dulunya berlimpah kegembiraan, kini ber-limbah air mata. Udara pun kian sesak kurasa. […]


