Mah, aku ingin pulang ke pelukanmu. Sebentar saja. Aku ingin mengadu atas hidupku yang brengsek. Atas aku yang ternyata tak setegar itu menghadapi ini semua. Jika dulu aku cuma butuh kehadiranmu, kali ini mah, aku betul-betul ingin sambat. Tapi ijinkan aku sambat sambil rebahan ya mah. Sebab, aku masih males buat gerak. Aku juga masih […]
Kau akan selalu memberikan jawaban paling klasik: bahwa waktu akan menyembuhkanku. Tapi bagaimana jika ternyata aku tak punya cukup waktu untuk benar-benar sembuh? Bagaimana jika sampai tua aku terus dikoyak luka pemberianmu? Dan sesak nafas ini, akan bertahan selamanya. Mengakar sampai ke liang tanah. Kau peduli? Kau cuma memberiku kata sabar dan ikhlas setiap kali […]


