Kau dikejar waktu, juga tuntutan, juga keinginan. Kau tidur dengan pikiran yang berat, dan pagimu selalu seanyep sisa kopimu tadi malam.
Kau lunglai, tapi kau paksa strong meski cuma lewat emoji. Pekerjaanmu beres tepat waktu. Tak ada ruang untuk kau berlibur. Kau tak masalah dengan itu, asal sandang panganmu aman satu minggu ke depan.
Lagipula liburanmu adalah rebahan kan?
Kau mulai menikmati kesendirianmu. Kau memilih menghabiskan hari di ruanganmu yang entah kenapa selalu tampak muram. Tapi kau mencintai spacemu, kau suka di situ. Persetan dengan punya kekasih. Persetan dengan orang-orang bahagia di internet. Persetan dengan circle pertemanan yang sehat.
Untung kau bukan pemabuk berat atau juara judi slot tingkat semesta. Kau aman. Tidak melanggar SARA.
Tiba-tiba, kau dengar bisikan; “Heh! Kawin!”
Kau acuh, karena itu bukan lagi prioritas. Prioritasmu adalah tetap bernafas satu detik ke depan.
Maka, kau jadi suka random. Memperhatikan stories teman-temanmu; menebak maksud dari lagu yang diputar, menganalisis kata-kata yang sengaja dikecilkan seukuran upil, bahkan kau merumuskan perasaan seseorang cuma dari foto profilnya yang kosong.
Huh. Kau merasa ingin cerita, tapi sungguh tak ada yang peduli. Orang-orang cuma mau bicara, mengumbar kata-kata seenak jidat. Mereka tidak sudi mendengarkan apalagi memahami.
Lalu kau melantur, membuat video ini, di dini hari. Kau ingin membuatnya lebih panjang, tapi kau terlalu letih –bahkan untuk menceritakan letihmu sendiri.
Ya sudah. Kau coba untuk menidurkan diri. Tak berharap apa-apa, sebab bagimu esok selalu sama saja. Letih dan muram selalu.