Dumes-nya Om Wawes & Guyon Waton

Maka begitulah;  pada akhirnya aku cuma akan jadi pereda. Jadi penenang atau semacam mahluk tak kasat mata yang sampai lebaran monyet pun, muskil jadi pemenang. Di hatimu, tentu saja.

Dan seperti biasa, hanya kepadaku lah tempatmu mengadu. Atas hari-hari sedihmu. Tak ada kabar bahagia buatku sementara bagiku, tak ada pilihan lain selain terpaku. Padahal aku ingin diakui lebih dari itu. Aku ingin jadi punyamu.

Kadang ada kobaran cemburu saat kau kelepasan menyebut sebuah nama. Nama yang selalu membuat endorpinmu menguar sehingga nada suaramu berubah ceria. Tapi aku bisa apa? Melarangmu?

Yang aku bisa adalah cuma memahami bahwa iso gawe kowe nyaman, ra jaminan iso nduweni atimu.

Jadi aku akan menerima nasib ini.

Oh ya, sepertinya, baru kemarin ya Awakdewe iso ngobrol tekan wengi..

Kroso sliramu wong sing paling gemati

Ora nyongko koe, sing paling nglarani.

Ya sudah. Tak apalah. Toh, aku akan selalu bersedia jadi tempat pulangmu yang nyaman, meski perasaanku yang jadi taruhan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like
Read More

Cincin-nya Hindia

Ini tentang kita; hubungan penuh goncangan gila yang akhirnya, bisa kita maklumi. Kita adalah sepasang sejoli jauh dari…
Read More

Kentang

Akhirnya kita bertemu lagi. Dan lagi-lagi, kamu mengagetkanku. “Mas. Nanti ngopinya di sekitar sini aja, ya” katamu di…