Berat rasanya mempercayai kenyataan bahwa hubungan kita gagal. Bahwa apa-apa yang kita usahakan harus tunduk pada perpisahan. Padahal kita, se-klop itu kan?
Seolah tak ingin kalah dengan keadaan, kita berusaha membenarkan hubungan. Berbagai mantra mustajab kita coba; kau menurunkan ego, aku jeli mendengarkan. Kau melapangkan hati, aku melebarkan kesabaran.
Tapi sayangnya, lagi dan lagi, harapan tak mau diajak kerjasama. Kita pun saling menyerah. Saling merenggangkan rangkulan; meredupkan perasaan. Final chapternya kau pergi ke bulan, sedang aku ke mars. Kau mengirim hujan, sedang aku menghadiahi cemas.
Kukira kita akan bersama, begitu banyak yang sama, latarku dan latarmu.
Lalu kita berusaha bahagia tanpa kita. Berusaha melanjutkan perjalanan yang entah. Kita melebur dalam kesunyian paling sembab.
“Banyak cara menjahit kebahagian. Dan itu selalu dimulai dari keikhlasan.” Katamu di sore yang belum matang.
“Atau dengan saling Ikhlas menjadi asing, bukan?” balasku di malam yang terlampau matang.