Jakarta Hari Ini-nya For Revenge

Kita cukup sering merayakan Jakarta dengan air mata; perihal gigih perjuangan, adu cepat naik jabatan, sikut-sikutan… atau lebih sering karena perpisahan.

Perpisahan berarti kehilangan. Kehilangan tergelapku adalah tak lagi melihatmu di muka Jakarta, yang mana itu membuat Jakarta selalu terasa salah. Jakarta yang dulunya berlimpah kegembiraan, kini ber-limbah air mata. Udara pun kian sesak kurasa.

Sementara pesan kepergianmu bersemayam indah di sudut sunyi kepalaku.

But maybe you hate a thing and it’s good for you. And perhaps you love a thing and it’s bad for you.

Mungkin ada benarnya. Atau memang benar adanya. Hanya saat itu, kurasa Jakarta kehilangan tumpu dan aku kehilangan tempat tuju.

Hingga… Akhirnya ku menyerah. Maafkanku yang menyela. Jika dahulu ku tak pernah membuatmu bahagia.

Lalu aku mendekonstruksi air mata, irisan luka, bau amoniak, berisiknya Jakarta, janji yang ingkar dan udangan pernikahanmu menjadi sesuatu yang sering kita sebut sebagai keikhlasan.

“Kadang kita perlu tersakiti untuk mengenal perih. Kadang kita perlu tersakiti untuk menjadi manusia“ katamu lewat angin Jakarta.

Ya, aku percaya itu. Maaf belum bisa membuatmu bahagia, dan semoga dengannya, kamu bahagia.

Semoga aku juga –meski seluruh dunia tahu, Jakarta tanpamu, tak akan pernah sama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like