Lampu Merah-nya The Lantis

Di usia ini, aku jadi sering merasa terlambat. Terutama soal asmara. Entah karena aku terlena atau memang aku yang tak pandai membaca rambu-rambu. Semuanya melewatiku begitu saja.

Belum lagi patahnya ekspektasi dari orang-orang yang peduli padaku, membuatku jadi lebih sering mengutuk hari-hari.

“Sial! Andai menemukan seseorang yang tepat semudah ngomong jorok di internet”

Sementara teman-temanku berhasil menemukan tuan puterinya, aku justru bingung membedakan mana lampu hijau, mana lampu kuning. Aku terjebak di lampu merah! Ditemani nyaring riuh klakson yang keluar dari mulut-mulut usil.

Lalu kau datang. Menawariku pemberhentian. Katamu perjalanan yang dimulai dari nol tak mesti berakhir di sembilan. Kau bilang aku bisa berhenti di lima. Aku sumringah. Kau memahami situasiku. Maka, begini..

Walau ku berada di lampu merah Ku yakin

Semua ini hanyalah hambatan sementara

Aku harap kau bisa sabar. Sebab sekali lagi, lampu merah lah yang menyebabkan perjalananku menjadi rumit. Dan semoga, kekesalanku terjebak di lampu merah berbuah happy ending di depan sana. Bersamamu, tentu saja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like