Aku benci saat tiba-tiba kita saling diam. Saling menjauh dan bahkan di internet kita seperti dua bocah di Timezone yang saling sikut berebut wahana permainan.
Kita melupakan banyak scene di kepala. Membungkamnya dengan cara paling paksa. Kita seolah saling memberi tanda “Jangan dekat-dekat!” Padahal rasanya, baru kemarin kita sedekat itu ya?
Kini tak kutemukan lagi kau bersliweran di ponselku. Dan sejujurnya aku selalu memaksa diriku untuk tidak peduli dengan itu. Sebab kau memang tak terjangkau. Kau tak terengkuh, dan kau begitu jauh.
Lalu pada akhirnya, aku menyadari satu hal dari ini semua: bahwa mungkin memendam perasaan itu adalah cara paling romantis untuk mati pelan-pelan. Cara paling bijak untuk tidak lagi percaya dengan harapan.
Dan lu tau apa yang paling kacau dari semua ini?
Bahwa meski kita hilang komunikasi, kau malah datang di mimpi.
Kan tai 🙂