Nanti Kita Seperti Ini-nya Batas Senja

Gambaran soal kita menjadi tua dan bisa bercengkrama di ruang keluarga, akhirnya dikabulkan Tuhan Yang Maha Esa.

Jauh sebelum hari ini, aku cukup sering dihantam keraguan. Apakah aku siap meminang sekaligus menimang? Apakah aku layak kau perjuangkan?  Dan apakah aku pantas jadi orang yang berdiri satu langkah di depanmu dalam ibadah yang panjang nun khusuk?

Melegakan saat akhirnya waktu menjawab: bahagia lengkap sudah. Kini kau bisa membangunkanku di pagi buta atau menyuruhku ke pasar membeli sesuatu untuk rumah kita. Sementara aku jadi lebih leluasa mencium keningmu. Atau melihatmu mengenakan daster saat meracik sesuatu di dapur –di mana itu selalu bisa membuatku jatuh cinta berkali-kali.

Dan yang paling membahagiakan adalah aku bisa leluasa memelukmu setiap hari. Pagi, siang, sore malam, kita tenggelam dalam pelukan yang khidmat. Kita menaman doa di tiap sudut rumah. Kemesraan kita membuat jagat raya cemburu buta. Juga akhirnya kita dimampukan untuk…

Bertukar cerita hingga lelap mata

Lalu datang pagi, kau memasak, ku bekerja

Sederhana

Meski sebenarnya tidak sesederhana itu, kita selalu percaya bahwa niat yang baik akan bermuara pada hal-hal baik. Kita hanya cukup patuh pada Kehendak-Nya. Dan semoga kita, buah hati kita, menuju Firdaus sama-sama.

Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like
Read More

Sial-nya Mahalini

Hari itu kutanamkan kepastian di matamu; bahwa aku ikhlas menjadi lansia bersamamu. Bahwa aku siap membuatkanmu secangkir kopi…