Hai, Jogja. Ya, hari ini kau ulang tahun. Tentu ada banyak doa tengah mendekapmu. Doa dari mereka yang menyayangimu sejak kali pertama kakinya jatuh di Terminal Ngabean atau Statisun Tugu. Atau dari mereka yang romansa asmaranya menjalar dari Kota Baru hingga Kota Gede. Dan rindunya tertanam kuat di dingin bangku permanen Malioboro. Kenangannya meluap hebat di sudut sunyi nun remang Pasar Kembang.
Maka Jogja, tenggelam lah dalam doa-doa itu. Rayakan dengan letupan kembang api paling meriah –sambil tetap sadar bahwa kau harus lebih mawas diri. Perihal ruang terbuka hijau, tata kelola parkir, menumpuknya sampah visual, klitih, adu jotos antar suku dan tentu saja Upah Gaji Minimum yang ayolah Jogja… 🙂
Oh ya, doa dariku tentu saja tak jauh-jauh dari semoga kau makin lestari, makin nyaman, makin rukun, makin ngangeni dan makin punya pelukan sehangat rumah.
Terus Jogja, bisa nggak sih di ulang tahunmu ini aku nggak lagi sendiri? Sebab sungguh 12 tahun hidup dalam tubumu, aku capek harus galau melulu.